internet marketing

Masih Ingat sama Tokoh yang Muncul di Uang Rp 20.000,00 Jadul Ini?

No comments
Kamu tahu slogan ‘Tut Wuri Handayani’? Yap, slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia ini merupakan semboyan yang diciptakan oleh seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam bidang pendidikan di Indonesia. Siapa lagi kalo bukan bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara. Berkat Beliau, rakyat pribumi tetap bisa merasakan bangku sekolah, walaupun dia bukan dari golongan bangsawan pada zaman pendudukan Belanda. Hal tersebut mampu melahirkan pelopor-pelopor kemerdekaan Indonesia. Hmm, kira-kira gimana ya perjalanan Ki Hajar Dewantara hingga berhasil mengangkat pendidikan di Indonesia? Yuk, simak cerita ini.

Masa Muda dan Awal Karir

Raden Mas Soewardi Soeryaningrat lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Sejak tahun 1922, Beliau berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Beliau adalah aktivis pergerakan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Beliau terlahir dalam keluarga kraton Yogyakarta sebagai keturunan ningrat. Nggak heran, Beliau mampu mengenyam pendidikan di ELS (Sekolah Dasar Eropa), dan dilanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), namun tidak sampai tamat karena Beliau sakit.
Nggak menamatkan sekolah di STOVIA nggak membuat Beliau diam aja. Beliau mulai menulis sebagai wartawan di beberapa surat kabar, seperti Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisan Beliau terkenal tajam dengan semangat antikolonial. Tulisan Beliau yang paling fenomenal adalah Andai Aku Seorang Belanda, yang dimuat di surat kabar De Expres milik Douwes Dekker pada tanggal 13 Juli 1913. Artikel ini merupakan bentuk protes pada rencana pemerintah Belanda yang melakukan pungutan kepada Hindia Belanda (Indonesia) untuk merayakan kemerdekaan Belanda dari Perancis. Karena tulisannya itu, Beliau diasingkan ke Pulau Bangka. Namun, kedua rekan Beliau, yaitu Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo memprotes, sehingga mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada tahun 1913. Tiga orang tersebut kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.

Aktivitas Pergerakan Ki Hajar Dewantaradalam Memajukan Pendidikan

Dalam pengasingan di Belanda, Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi pelajar asal Indonesia, yakni Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Dari sini, Beliau merintis cita-cita untuk memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, ijazah pendidikan yang menjadi pijakannya dalam mendirikan lembaga pendidikan sendiri. Dalam studinya, Ki Hajar Dewantara tertarik pada ide-ide tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori. Pengaruh ini yang mendasari Beliau dalam mengembangkan sistem pendidikan sendiri.
Sekembalinya Ki Hajar Dewantara ke tanah air pada tahun 1918, Beliau mulai berfokus pada dunia pendidikan sebagai salah satu bentuk perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Beliau bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajarnya digunakan untuk mengembangkan konsep mengajar di sekolah yang akan didirikannya. Bersama rekan-rekannya, Beliau mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa pada tahun 1922. Taman Siswa adalah lembaga pendidikan di Indonesia yang memberikan kesempatan kepada rakyat pribumi non bangsawan untuk bisa bersekolah seperti  golongan priyayi dan orang-orang Belanda. Taman Siswa merupakan perguruan bercorak nasional yang menanamkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Ketika sudah mencurahkan perhatian di bidang pendidikan, tulisan Ki Hajar Dewantara banyak berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan. Melalui konsep itu, Beliau meletakkan dasar-dasar pendidikan bangsa Indonesia.
Saat umur Beliau menginjak 40 tahun, Beliau menetapkan nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Semboyan yang digunakan Ki Hajar Dewantara dalam sistem pendidikannya sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Semboyan itu berbunyi “Ing ngarso sung tuladha ing madya mangun karso, tut wuri handayani”, yang berarti “Dari depan memberi contoh, dari di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan”.

Pasca Kemerdekaan

Pasca kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang pertama. Atas jasa-jasanya, Beliau dikukuhkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Hari Pendidikan Nasional pun ditetapkan sesuai tanggal kelahiran Beliau.
Ki Hajar Dewantara meninggal di tempat kelahirannya, Yogyakarta, pada tanggal 26 April 1959. Beliau dimakamkan di Taman Wijaya Brata.
Wah, pergerakan dan perjuangan Ki Hajar Dewantara sangat besar ya. Berkat Beliau, orang-orang Indonesia di jaman penjajahan udah bisa mendapatkan hak pendidikan. Tanpa Beliau, mungkin nggak akan terlahir tokoh-tokoh cendekiwian bangsa yang berperan dalam meraih kemerdekaan. Terima kasih Ki Hajar Dewantara!

No comments :

Post a Comment