internet marketing

Susunan (Tata Cara) Pernikahan Adat Jawa

No comments
Pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah kehidupan manusia, hal ini terlihat dari berbagai macam cara mereka untuk merayakannya, baik secara adat istiadat maupun secara modern. Masyarakat Jawa memiliki adat istiadat tersendiri dalam melakukan upacara pernikahan mulai dari perkenalan hingga terjadinya proses akad nikah, dan kali ini saya akan berbagi mengenai tahapan-tahapan tersebut..
Masing-masing tahapan tersebut memiliki symbol dan makna yang berbeda, hal ini bertujuan sebagai pesan tersirat untuk kedua mempelai pengantin khususnya. Berikut ini tahapan-tahapan yang dimaksud :
1.    Nontoni
Tahapan pertama ini membutuhkan seorang perantara yang merupakan utusan dari keluarga calon pengantin pria untuk menemui keluarga calon pengantin wanita. Pertemuan ini dimaksudkan untuk nontoni atau melihat calon dari dekat. Biasanya utusan dating bersama dengan keluarga besar calon pengantin pria untuk dapat mempertemukan secara langsung kedua calon mempelai. Tujuan utama dari tahapan ini adalah untuk menyambung tali silaturrahim antar kedua keluarga calon pengantin.
2.    Nakokake/Nembung/Nglamar
Sebelum melangkah ke tahapan selanjutnya, perantara akan menanyakan beberapa hal terkait dengan calon pengantin wanita. Salah satunya adalah sudah adakah seseorang yang meminang calon pengantin wanita. Bila belum ada maka perantara memberitahukan bahwa keluarga calon pengantin pria berkeinginan untuk meminang atau melamar calon pengantin wanita.
Apabila calon pengantin bersedia, maka dilakukan tahapan selanjutnya yaitu menentukan hari kedatangan keluarga calon pengantin pria selanjutnya untuk melakukan proses lamaran.
Lamaran merupakan tahapan dimana calon pengantin pria memberi isyarat secara resmi tentang keseriusan niatnya untuk menikahi calon pengantin wanita. Prosesi ini biasanya diwarnai dengan tukar cincin sebagai hadiah dari calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita serta simbol  ikatan hubungan keseriusan antara kedua calon pengantin.
Setelah proses ini berlangsung dengan lancar, tahapan berikutnya adalah menentukan hari pertemuan antara kedua keluarga calon pengantin untuk membicarakan lebih lanjut mengenai detail persiapan prosesi akad nikah, mulai dari tanggal akad nikah, adat istiadat hingga acara resepsi pernikahan.

Prosesi Acara Lamaran (Tunangan)
3.    Pasang Tarub
Bila tanggal dan hari pernikahan sudah disetujui, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu pemasangan tarub menjelang hari pernikahan. Tarub dibuat dari daun kelapa yang sebelumnya telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu, dan ijuk atau welat sebagai talinya. Agar pemasangan tarub ini selamat, dilakukan upacara sederhana berupa penyajian nasi tumpeng lengkap. Bersamaan dengan pemasangan tarub, dipasang juga tuwuhan. Yang dimaksud dengan tuwuhan adalah sepasang pohon pisang raja yang sedang berbuah, yang dipasang di kanan kiri pintu masuk.
Pohon pisang melambangkan keagungan dan mengandung makna berupa harapan agar keluarga baru ini nantinya cukup harta dan keturunan. Biasanya di kanan kiri pintu masuk juga diberi daun kelor yang bermaksud untuk mengusir segala pengaruh jahat yang akan memasuki tempat upacara, begitu pula janur yang merupakan simbol keagungan.
4.    Midodareni
Rangkaian upacara midodareni diawali dengan upacara siraman. Upacara siraman dilakukan sebelum acara midodareni. Tempat untuk siraman dibuat sedemikian rupa sehingga nampak seperti sendang yang dikelilingi oleh tanaman beraneka warna. Pelaku siraman adalah orang yang dituakan yang berjumlah tujuh diawali dari orangtua yang kemudian dilanjutkan oleh sesepuh lainnya. Setelah siraman, calon pengantin membasuh wajah (istilah Jawa: raup) dengan air kendi yang dibawa oleh ibunya, kemudian kendi langsung dibanting/dipecah sambil mengucapkan  kata-kata: “cahayanya sekarang sudah pecah seperti bulan purnama”. Setelah itu, calon penganten langsung dibopong oleh ayahnya ke tempat ganti pakaian.
Setelah berganti busana, dilanjutkan dengan acara potong rambut yang dilakukan oleh orangtua pengantin wanita. Setelah dipotong, rambut dikubur di depan rumah. Setelah rambut dikubur, dilanjutkan dengan acara “dodol dawet”. Yang berjualan dawet adalah ibu dari calon pengantin wanita dengan dipayungi oleh suaminya. Uang untuk membeli dawet terbuat dari kreweng (pecahan genting) yang dibentuk bulat. Upacara dodol dhawet dan cara membeli dengan kreweng ini mempunyai makna berupa harapan agar kelak kalau sudah hidup bersama dapat memperoleh rejeki yang berlimpah-limpah seperti cendol dalam dawet dan tanpa kesukaran seperti dilambangkan dengan kreweng yang ada di sekitar kita.
Menginjak rangkaian upacara selanjutnya yaitu upacara midodareni. Berasal dari kata widadari, yang artinya bidadari. Midadareni merupakan upacara yang mengandung harapan untuk membuat suasana calon penganten seperti widadari. Artinya, kedua calon penganten diharapkan seperti widadari-widadara, di belakang hari bisa lestari, dan hidup rukun dan sejahtera.
5.    Akad Nikah
Akad nikah adalah inti dari acara perkawinan. Biasanya akad nikah dilakukan sebelum acara resepsi. Akad nikah disaksikan oleh sesepuh/orang tua dari kedua calon penganten dan orang yang dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari catatan sipil atau petugas agama.


Prosesi Akad Nikah



6.    Panggih
Upacara panggih dimulai dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang merupakan sarana dari rangkaian panggih. Sesudah itu dilanjutkan dengan balangan suruh, ngidak endhog, dan mijiki.


Pengantin Putra Beserta Keluarga


Pengantin Putri Beserta Keluarga

Biasanya upacara ini diiringi dengan lantunan sholawat nabi untuk menjadikan acara semakin khidmat.

7.    Balangan Suruh
Upacara balangan suruh (daun sirih) dilakukan oleh kedua pengantin secara bergantian. Gantal yang dibawa untuk dilemparkan ke pengantin putra oleh pengantin putri disebut gondhang kasih, sedang gantal yang dipegang pengantin laki-laki disebut gondhang tutur.


Gantal (daun sirih yang dilinting/digulung)
Makna dari balangan suruh adalah berupa harapan semoga segala goda akan hilang dan menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut. Gantal dibuat dari daun sirih yang ditekuk membentuk bulatan (istilah Jawa: dilinting) yang kemudian diikat dengan benang putih/lawe. Daun sirih merupakan perlambang bahwa kedua penganten diharapkan bersatu dalam cipta, karsa, dan karya.
8.    Ngidak Endhok
Upacara ngidak endhog diawali oleh juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias pengantin dan mengenakan pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam bokor, kemudian diusapkan di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria diminta untuk menginjak telur tersebut. Bermakna bahwa pamor dan keperawanan sang putri akan segera hilang setelah direngkuh oleh mempelai laki-laki. Setelah bersatu diharapkan segera mendapat momongan seperti telur yang telah pecah.


Prosesi Ngidak Endhok

9.    Wiji Dadi
Upacara ini dilakukan setelah acara ngidak endhok. Setelah acara ngidak endhog, pengantin wanita segera membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang telah diberi bunga setaman. Mencuci kaki ini melambangkan suatu harapan bahwa “benih” yang akan diturunkan jauh dari mara bahaya dan menjadi keturunan yang baik.


Prosesi Wiji Dadi

10. Timbangan
Tahapan selajutnya adalah timbangan yang diduhului dengan acara Gendhongan. Prosesi ini dilakukan dengan cara mengalungkan kain panjang ke kedua mempelai dan (seakan) ditarik oleh ayah pengantin putri serta (seakan) didorong oleh ibu dari pengantin putri.


Prosesi Gendhongan

Upacara timbangan biasanya dilakukan sebelum kedua pengantin  duduk di pelaminan. Upacara timbangan ini dilakukan dengan jalan sebagai berikut:
Ayah pengantin putri duduk di antara kedua pengantin. Pengantin laki-laki duduk di atas kaki kanan ayah pengantin wanita, sedangkan pengantin wanita duduk di kaki sebelah kiri. Kedua tangan ayah dirangkulkan di pundak kedua pengantin. Lalu ayah mengatakan bahwa keduanya seimbang, sama berat dalam arti konotatif. Makna upacara timbangan adalah berupa harapan bahwa antara kedua pengantin dapat selalu saling seimbang dalam rasa, cipta, dan karsa serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan tidak ada bedanya di hadapan orang tua maupun mertua.


Prosesi Timbangan

11. Kacar-Kucur
Caranya pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya. Kantong kain berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil).


Prosesi Kacar-Kucur

Makna dari kacar kucur adalah menandakan bahwa pengantin pria akan bertanggungjawab mencari nafkah untuk keluarganya. Raja kaya yang dituangkan tersebut tidak boleh ada yang jatuh sedikitpun, maknanya agar pengantin wanita diharapkan mempunyai sifat gemi, nastiti, surtini, dan hati-hati dalam mengatur rejeki yang telah diberikan oleh suaminya. Makna lainnya adalah mempelai laki-laki berhak memberikan nafkah lahir batin kepada mempelai putri dan sebaliknya pengantin putri dapat mengatur keuangan dan menjaga keseimbangan rumah tangga.


Prosesi Kacar-Kucur

12. Dulangan
Dulangan merupakan suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin saling menyuapkan makanan dan minuman. Makna dulangan adalah keserasian dan keharmonisan yang akan diharapkan setelah berumah tangga, dapat saling memberi dan menerima.


Prosesi Dulangan

Prosesi dulangan akan diiringi dengan rebutan ingkung yang dilakukan dengan saling menarik bagian tubuh ayam ingkung, pengantin putra memegang sisi kiri dan pengantin putri memegang sisi kanan untuk kemudian saling menarik bagian masing-masing.


Prosesi Dulangan


13. Sungkeman
Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk jengkeng dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua pengantin putra maupun orangtua pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah suatu simbol perwujudan rasa hormat anak kepada kedua orangtua




Prosesi Sungkeman



14. Boyongan/Ngunduh Manten
Disebut dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh keluarga pihak pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara bersama-sama.
Ngunduh manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak selengkap pada acara yang diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga dilakukan lengkap seperti acara panggih biasanya. Hal ini tergantung dari keinginan dari pihak keluarga pengantin laki-laki. Biasanya, ngundhuh manten diselenggarakan sepasar setelah acara perkawinan.


Prosesi Dulangan


Prosesi Dulangan


Prosesi Gendhongan


Prosesi Sungkeman


Prosesi Sungkeman

Demikianlah tahapan-tahapan dalam prosesi acara pernikahan adat masyarakat Jawa. Semoga bermanfaat.


(24.01.2015 | Lailyn Puad & Rike Limia Budiarti)

No comments :

Post a Comment