internet marketing

Seberapa Bahaya Penyakit Asam Lambung?

No comments
Baru-baru ini kita mendapatkan kabar duka bahwa salah seorang presenter televisi, Andrie Nugroho Djarot atau Andjrot, meninggal dunia akibat penyakit komplikasi infeksi paru-paru yang dideritanya. Sempat terdengar kabar jika penyebab Andrie meninggal akibat asam lambung yang naik hingga ke paru-paru.
Apa sebenarnya penyakit yang membuat Andrie meninggal dunia? Seberapa bahaya penyakit asam lambung tersebut?
Dalam dunia medis, penyakit naiknya asam lambung disebut dengan Gastroesophageal Reflux Diseases atau biasa disingkat dengan GERD. Penyakit ini dapat terjadi karena adanya reflux (aliran balik) asam lambung menuju esophagus (pipa saluran pencernaan). Asam lambung yang naik ini dapat menyebar ke gigi, tenggorokan, saluran pernapasan bawah hingga ke paru-paru.
Tanda dan gejala yang muncul memang hampir mirip seperti penyakit maag sehingga banyak orang yang sering mengira ini adalah gejala penyakit maag bukan GERD. Perbedaannya adalah pada GERD biasanya dada terasa seperti dibakar dan asam lambung juga dapat naik hingga ke rongga mulut. GERD biasanya dapat dideteksi dengan melakukan endoskopi di dokter spesialis saluran pencernaan.
Seberapa serius penyakit ini?
Penyakit ini sebenarnya cukup serius karena dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi. Salah satunya adalah infeksi paru-paru seperti yang dialami oleh Andrie. Asam lambung yang naik dan melewati faring dan laring dapat masuk ke paru-paru. Cairan yang masuk ke dalam paru-paru (aspirasi) sering menyebabkan batuk dan tersedak tetapi dapat juga tidak. Namun demikian, aspirasi dapat menyebabkan terjadinya infeksi paru-paru dan juga pneumonia. Pneumonia merupakan salah satu penyakit serius yang membutuhkan perawatan khusus. Selain infeksi paru-paru, GERD juga dapat menyebabkan komplikasi lain, seperti luka pada esophagus, batuk dan asma, infeksi pada laring dan faring, hingga kanker di esophagus.
Apa penyebabnya?
Penyebab naiknya asam lambung ini disebabkan karena adanya masalah pada katup bagian bawah kerongkongan (lower esophageal sphincter). Dalam keadaan normal, makanan yang masuk melewati kerongkongan akan melewati katup ini untuk menuju lambung dan mencegah isi lambung kembali ke atas atau reflux. Namun, pada penderita GERD cincin yang terdapat pada katup ini melemah sehingga memungkinkan isi lambung mengalami reflux. Ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan melemahnya katup ini, termasuk faktor gaya hidup yang kurang baik. Misalnya, obesitas atau kegemukan, konsumsi makanan berlemak, kurang konsumsi serat, kebiasaan merokok, dan stress.
Faktor gaya hidup menjadi salah satu faktor resiko yang paling sering menyebabkan terjadinya GERD. Misalnya,konsumsi makanan berlemak dan kebiasaan merokok dapat memberikan tekanan pada katup yang memicu terjadinya reflux. Selain itu, faktor gravitasi juga mempengaruhi terjadinya reflux. Misalnya, saat tidur dengan menggunakan bantal yang rendah membuat kerongkongan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan lambung sehingga memicu terjadinya reflux.
Oleh karena itu, sebaiknya hindari tidur setelah makan. Alkohol dan kopi, dalam beberapa riset, memang bukanlah faktor utama yang dapat menyebabkan terjadinya reflux. Namun, beberapa lagi beranggapan jikaalkohol dan kandungan kafein yang terdapat pada kopi juga dapat memberikan tekanan pada katup.
Apakah banyak kasus serupa di Indonesia?
Prevalensi kasus GERD di Asia, terutama di Indonesia memang relatif rendah dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Namun, data pasien RS Cipto Mangunkusumo menunjukkan peningkatan jumlah kasus GERD pada pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi. Di tahun 2002, jumlah kasus GERD di RSCM sebanyak 26 persen dari seluruh pasien yang melakukan endoskopi. Tingkat kepedulian masyarakat Indonesia terhadap penyakit ini juga cukup rendah. Hanya sekitar 1 persen masyarakat yang mengetahui apa itu GERD.
Pekerjaan Andrie sebagai seorang presenter memang menuntut stamina yang kuat untuk mendukung pekerjaannya. Seringkali seseorang melakukan berbagai upaya untuk menjaga staminanya tetap prima yang ternyata berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, apa yang dialami Andrie dapat diambil pelajaran berharga untuk tetap memperhatikan gaya hidup kita dengan lebih baik.
Nurul Fadhilah | Selasar.com

No comments :

Post a Comment